Protokol Kesehatan yang harus di jalankan civitas akademika Fakultas Kehutanan UGM ketika sebelum, saat, dan ketika pulang dari kampus dalam rangka pencegahan Covid-19.
Fakultas Kehutanan UGM menyediakan fasilitas untuk karantina mandiri bagi warga Gunungkidul dengan hasil rapid test reaktif Covid-19 di Hutan Pendidikan Wanagama I. Hal ini menjadi bagian dari pengabdian tiada henti Hutan Wanagama I bagi warga Gunungkidul
Sapa Alumni Fakultas Kehutanan bersama Dr. Budiadi, S.Hut, M.Agr.Sc. ( Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ) dan Ir. Hartono, M.Sc. ( Ketua Umum KAGAMAHUT )
Pelestarian hutan pegunungan menjadi tanggung jawab para pihak demi menjaga lanskap dan keanekaragaman hayati asli pegunungan (indigenous species), serta mengatur sumber mata air. Sivitas akademika, pengelola taman nasional, pejabat, dan masyarakat perlu berkolaborasi serta berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Kamis, 16 April 2020, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan diskusi daring untuk menelaah rancangan undang-undang (RUU) Cipta Kerja atau yang sering disebut Omnibus Law dan dampaknya terhadap sektor kehutanan dan lingkungan hidup.
Dua minggu sejak aktifitas pembelajaran daring (online) diberlakukan di UGM dalam rangka tanggap darurat Covid-19, Fakultas Kehutanan bekerja sama dengan Kagamahut dan Organisasi Mahasiwa telah melakukan Aksi Peduli dengan mendistribusikan bantuan logistik untuk mahasiswa.
Dalam rangka kesiapsiagaan dan pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan UGM dan kondisi penyebarannya di wilayah DIY. Maka UGM menetapkan status awas dan tanggap darurat terhadap penanganan COVID-19. Berikut beberapa surat edaran Dekan Fakultas Kehutanan dan Rektor UGM..
PT Taspen (Persero) yang diwakili oleh Direktur Utamanya, A.N.S Kosasih menyerahkan bantuan senilai Rp290.500.000 secara simbolis kepada Rektor UGM Prof. Panut Mulyono, Rabu (4/3), dalam acara Seremoni Pembangunan Hutan Bambu Program Pelestarian Alam di Kawasan Hutan Tujuan Khusus (KHDTK) Wanagama, Kabupaten Gunung Kidul.
Keintiman hubungan antara kehidupan manusia dan lingkungan alam memengaruhi kesehatan fisik dan mental manusia. Hal ini telah berakar evolusi yang dalam dengan segala kompleksitas dan keragamannya. Manusia senantiasa menjalin hubungan dengan alam (hipotesis biophilia), termasuk satwa liar dan hewan kesayangan. Celakanya manusia telah merubah bumi dengan radikal pada abad XXI. Terjadi pula bencana alam, cuaca ekstrem, global warming, dll. sehingga sebagian makhluk hidup punah dan digantikan
Seminar on sustainable Development Series
Kerjasama Fakultas Kehutanan UGM dan Program S2 International Development Studies Utrecht University, Belanda.