Fakultas Kehutanan UGM melalui Laboratorium Pemuliaan Pohon, Sub-Laboratorium Dendrologi, Departemen Silvikultur menjalin kerja sama penelitian dengan Hortus Botanicus Leiden (HBL), Universitas Leiden, Belanda. Peningkatan kerja sama diawali dengan kunjungan penelitian pada 1-12 Oktober 2019 oleh Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D. untuk identifikasi dan domestikasi flora pegunungan. Penelitian ini sepenuhnya didanai oleh KEMENRISTEK DIKTI dalam kerangka Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT) yang berjudul “Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Berpotensi Senyawa Penangkal Radikal Bebas di Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Merapi”. Direktur Hortus Botanicus Leiden (HBL), Prof. Dr. Paul J. A. Kessler, menyambut kerja sama ini dengan sangat gembira mengingat Prof. Paul telah lama berkegiatan di Samboja, Kalimantan Timur dan sekitarnya. Buku-bukunya antara lain: “Trees of the Balikpapan-Samarinda area, East Kalimantan, Indonesia: a manual to 280 selected species; Secondary Forest Trees of Kalimantan, Indonesia. A Manual to 300 Selected Species (Editor); Not Only Dipterocarps: An Overview of Tree Species Diversity in Dipterocarps Forest Ecosystem of Borneo; Not Only Dipterocarps: An Overview of Tree Species Diversity in Dipterocarps Forest Ecosystem of Borneo“.
Sebagai kebun botani tertua di Belanda sejak 1590, HBL banyak memiliki pengalaman dalam hal identifikasi dan domestikasi flora-flora yang bermanfaat bagi masyarakat,” jelas Atus. Koleksi tumbuhan HBL sangat lengkap, termasuk pula yang dari hutan-hutan tropika, seperti: pisang, kantong semar, anggrek, kaktus, paku-pakuan, dan jenis-jenis yang bermanfaat bagi herbal alami. Atus menambahkan bahwa sejak September 2019, herbarium Leiden yang dulu merupakan bagian dari HBL kini menjadi Naturalis Biodiversity Center (NBC). NBC dikelola oleh pemerintah Belanda sebagai museum nasional tentang sejarah flora, fauna dan geologi, serta pusat penelitian keanekaragaman hayati.
Proses identifikasi akan melibatkan NBC karena herbariumnya ada di sana. Ini seperti perpustakaan sangat besar yang berisi spesimen tumbuhan, baik kering maupun basah, untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan seperti biologi, dendrologi, fitogeografi, dan farmasi,” papar Atus. Menurutnya, hutan pegunungan di Pulau Jawa berperan sangat penting terhadap ekosistem alam dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Jawa sebagai pulau terpadat di dunia sangat membutuhkan solusi keseimbangan antara alam dan masyarakat di sekitarnya. Hutan pegunungan mengatur tata air, sehingga potensi airnya berlimpah, seperti Sumber Lanang di lereng utara Gunung Lawu menghasilkan 90-120 liter per detik air dan relatif tidak terkontaminasi (Listyaningrum, 2019). Sumber Lanang mampu menggerakkan 3 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Penerangan listrik dari 3 PLTMH tersebut telah dinikmati secara gratis oleh perusahaan teh Jamus milik PT Candi Loka dan masyarakat sekitarnya. Hutan pegunungan pun kaya akan flora dan fauna khas daerah dingin (Syahbudin, 2017), mampu menahan tanah longsor, dan berudara sejuk. Semua potensi ini tidak dijumpai pada tipe hutan lainnya di Indonesia. Untuk itu, hutan pegunungan harus dilestarikan. Potensinya digali secara arif agar dapat berkelanjutan. Pengelolaannya seyogyanya multidisiplin (Syahbudin, 2019). Kerja sama identikasi dan domestikasi dengan HBL dan NBC ini diyakini mampu meningkatkan kemampuan dosen-dosen di Sub-Laboratorium Dendrologi.
Sebagai ketua Laboratorium Pemuliaan Pohon, saya sepenuhnya mendukung dan mendo’akan agar kerja sama ini berhasil dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi Bangsa Indonesia,” harap Prof. Moch. Na’iem mengakhiri pembicaraan.(humas fkt ugm)